Pada hari Sabtu, 14 Maret 2020, 47 mahasiswa jurusan Sistem Informasi Bisnis yang didampingi Bapak Eric Sugiharto, S.SI., M.Kom. dan Ibu Audrey Ayu Dianaris, S.SI. pergi mengunjungi Museum Tugu Pahlawan dan House of Sampoerna.
Di Museum Tugu Pahlawan, peserta diajak untuk mengenal perjuangan para pahlawan melalui dinding info, patung momen bersejarah, rekaman suara pidato Bung Tomo, diorama statis, dan elektronik perjuangan arek – arek suroboyo serta perlengkapan perjuangan seperti seragam tentara, replika senjata rampasan serta senjata khas perjuangan Indonesia yakni bambu runcing.
Senjata yang telah sering diasosiasikan dengan perjuangan bangsa Indonesia ini ternyata tidak semata-mata bambu yang ujungnya ditajamkan. “Bambu runcing ini diolesi racun yang bisa didapatkan baik dari tanaman maupun hewan,” jelas Ibu Diah selaku pemandu tur dari Museum Tugu Pahlawan.
Selain diajak berkeliling museum, peserta juga diajak untuk menonton film pendek / diorama elektronik mengenai peristiwa 10 November 1945. Peristiwa berdarah di kota Surabaya ini merupakan salah satu peristiwa yang penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Semangat dan perjuangan arek – arek Suroboyo yang gigih mempertahankan kota dari serangan tantara sekutu selama 21 hari ini berhasil mendapatkan perhatian dari dunia Internasional. Hal inilah yang akhirnya membantu mendorong tentara sekutu untuk mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia. Film diakhiri dengan quotes yang cukup terkenal dan dapat menggambarkan hasil perjuangan arek – arek suroboyo, “we lost the battle, but we won the war.”
Di House of Sampoerna, peserta dibawa untuk mengenal perjuangan Bapak Liem Seeng Tee yang merupakan founder dari PT HM Sampoerna Tbk. Perjalanan Bapak Liem Seeng Tee tidaklah mudah. Sejak berumur 11 tahun, beliau telah berjualan arang menggunakan sepeda, selain itu beliau juga berjualan snack di kereta tujuan Jakarta – Surabaya dan sempat bekerja di pabrik rokok selama 6 bulan. “Pengalaman yang didapatkan dalam 6 bulan inilah yang mendorong Bapak Liem Seeng Tee untuk memulai usaha rokok di warung kecilnya,” ujar Bapak Ryan selaku pemandu tur dari House of Sampoerna.
Bapak Liem Seeng Tee memiliki ambisi untuk menjadi raja rokok, dilambangkan dengan huruf (Wáng / raja) di sekitar dinding museum dan rumah lama Bapak Liem Seeng Tee (The Residence). Selain itu, terdapat juga slogan dari bahasa Sansekerta “Anggada Paramita” yang berarti menuju kesempurnaan. Namun ambisi beliau tidak membuat beliau melupakan 3 kunci utama yang dilambangkan dengan simbol 3 tangan. “3 tangan ini melambangkan : produsen, distributor dan konsumen,” jelas Bapak Ryan.
Peserta juga disuguhkan dengan video singkat pembuatan rokok kretek dimana setiap pekerja dapat membuat rata-rata 325 batang rokok / jam dan memiliki shift kerja selama 7 jam. Bapak Ryan menjelaskan bahwa para pekerja dapat bekerja dengan cepat karena dimotivasi oleh pendapatan yang akan semakin meningkat seiring jumlah rokok yang diproduksi. Selain itu, PT HM Sampoerna Tbk juga akan memberikan penghargaan dan hadiah berupa emas 24 karat pada para karyawannya yang telah bekerja lebih dari 30 tahun di Sampoerna.
Selain diajak mengenal mengenai PT HM Sampoerna Tbk, di The Residence terdapat juga pameran temporer bertemakan Indonesia Bermusik yang merupakan hasil kerjasama dengan museum musik di Malang.