Pada hari Jumat, 13 Januari 2023, DKV ISTTS mengadakan event talkshow berjudulkan “Kaptured” yang dibawakan oleh Guslan Gumilang, seorang photojournalist Jawa Pos. Di awal-awal, Kak Guslan Gumilang atau yang akrab disapa Kak Guslan, memberikan peringatan bahwa dalam dunia Jurnalistik, kita perlu berhati-hati. Beliau membeberkan bahwa pada masa sekarang, mudah bagi orang awam untuk memviralkan sesuatu, namun itu berbeda dengan jurnalis, yang mana bertanggung jawab untuk menyajikan sebuah informasi melalui visual berupa foto maupun video.
Kak Guslan juga memaparkan tentang dunia jurnalistik pada masa lalu. Zaman dahulu, informasi hanya bisa didapat dari mulut ke mulut, kemudian ketika muncul koran, itupun masih ditulis tangan, sehingga belum bisa dibuat dengan kuantitas yang banyak seperti sekarang. Lama kelamaan, muncul mesin cetak dan radio, kemudian televisi, dan yang paling membuat perubahan drastis adalah munculnya media sosial beberapa tahun silam. Akhirnya, saat ini kita bisa mengakses informasi secara bebas dan luas. Sangat mudah untuk kita bisa menemukan informasi di era digital saat ini. Namun, meskipun informasi sudah tersebar luas, masalah yang dihadapi saat ini adalah rendahnya tingkat literasi masyarakat sehingga biasanya yang dibaca adalah bagian headline saja, sehingga tidak jarang menimbulkan salah paham yang berakhir merugikan banyak pihak.
Kak Guslan mengatakan bahwa dahulu, koran hanya memuat tulisan, tanpa ada foto. Namun, seiring berkembangnya zaman, koran perlahan-lahan disisipkan foto untuk lebih menarik minat para pembacanya. Ditambahkannya foto sebagai media visual merupakan hal yang penting karena pemahaman sebuah berita bisa tertuang dalam sebuah visual.
Kak Guslan juga menjelaskan mengenai sejarah fotografi jurnalistik di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa tahun 1942 merupakan sejarah awal fotografi jurnalistik di Indonesia. Di masa itu, orang-orang Jepang mengajarkan masyarakat Indonesia untuk melakukan fotografi untuk keperluan kantor berita Domei, yaitu kantor berita milik Jepang. Akibatnya, masyarakat akhirnya bisa mendokumentasikan detik-detik kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Selain itu, didirikannya “Indonesia Press Photo Service” pada tahun 1946 sekaligus menjadi awal mula perjalanan fotografi jurnalistik di Indonesia.
Nah, bagi kalian yang tertarik untuk mendalami jurnalistik, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan menurut Kak Guslan, yaitu perlunya koordinasi antara fotografer jurnalistik dengan reporter. Selain itu, kalian juga perlu memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide inovasi yang fresh untuk disampaikan, sehingga nantinya artikel yang dibuat bisa menarik perhatian para calon pembaca.