Pada tanggal 22 Maret 2024, matahari bersinar cerah seperti biasanya. Nampaknya, hari itu akan berjalan dengan normal seperti tidak akan terjadi apa-apa. Namun siapa yang menyangka, tiba-tiba tepat pada pukul 11.22 WIB terjadi gempa pertama kali setelah sekian lama tidak terjadi gempa, yang mengguncang gedung-gedung di Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS). Gempa bumi mengguncang Surabaya dengan magnitudo 6,4 yang terpusat di timur laut Tuban, Jawa Timur. Namun, apa yang membuat peristiwa ini semakin mengguncang adalah kenyataan bahwa di hari itu, tengah berlangsung Ujian Tengah Semester (UTS) yang diikuti oleh seluruh mahasiswa mahasiswi ISTTS. Gempa pertama terjadi tepat pada waktu mahasiswa mahasiswi mengerjakan soal ujiannya.
Getaran keras yang terjadi membuat gedung-gedung ISTTS terasa guncangannya dan memicu kepanikan tidak hanya di kalangan mahasiswa, tetapi juga kalangan dosen serta seluruh warga ISTTS. Mayoritas orang yang berada di gedung-gedung lantai tingkat atas di ISTTS segera turun ke lantai bawah untuk berjaga-jaga. Namun ternyata, tidak semua orang langsung cepat tanggap dengan gempa di hari itu.
Reaksi dosen dan pengawas ujian sangat bervariasi. Beberapa berusaha menjaga ketenangan di antara mahasiswa sambil memberikan instruksi evakuasi, beberapa ada yang langsung turun ke lantai bawah, sementara yang lain tampak kebingungan dan tidak tahu harus bertindak apa. "Waktu gempa, aku lagi duduk di ruang ujian ngerjain soal ECC, terus tiba-tiba semuanya berguncang. Aku kira aku yang lagi migren, tapi eh, ternyata gempa," ungkap salah seorang mahasiswa Teknik Informatika di ISTTS. Di sisi lain, ada reaksi yang lebih unik lagi dari seorang mahasiswi Teknik Informatika juga. Awalnya, dia mengatakan “Wiw, kok goyang, lucu banget!”, sebelum akhirnya dia sadar, “EH GEMPA!!”.
Bagi para mahasiswa, gempa bumi yang terjadi selama Ujian Tengah Semester (UTS) bukanlah pengalaman yang mudah dilupakan. Beberapa dari mereka mengungkapkan bahwa meskipun terkejut dan ketakutan, kebanyakan tetap berusaha menyelesaikan ujian mereka. Tidak jarang ada yang mengatakan, "Gempa dikit gak ngaruh, yang penting ujiannya kelar," ujar salah seorang mahasiswa. Namun, ada juga yang merasa bahwa prioritas hidup tetap nomor satu. "Aku panik banget, langsung cepat-cepat lari turun ke bawah semua barang tak tinggal di atas," ungkap salah seorang mahasiswi.
Setelah gempa berakhir dan ujian telah dilalui, mahasiswa-mahasiswi terlihat sangat antusias menceritakan pengalaman mereka ketika gempa. Setelah gempa pun, mereka masih tetap ceria dan kembali melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Student Lounge dan E-Library yang merupakan tempat bersantai para mahasiswa terlihat sangat ramai dengan orang-orang yang sedang bermain game, mengerjakan tugas, latihan untuk acara Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) atau yang hanya sekedar duduk-duduk santai menikmati waktu luang mereka. Walaupun begitu, tetap saja pengalaman ini membekas dalam pikiran mereka karena di hari itu gempa tidak hanya terjadi sekali saja.
Gempa kembali dirasakan pada pukul 12.31 WIB dan pada pukul 15.52 WIB. Kekuatan gempa juga berkisar antara 6 Skala Richter (SR) dengan pusat gempa yang dekat dengan episentrum gempa sebelumnya. Ketiga gempa itulah yang paling dirasakan oleh warga ISTTS. Sebenarnya, terjadi belasan kali gempa susulan di hari itu. Untungnya, tidak ada korban jiwa maupun keruntuhan gedung-gedung di ISTTS. Namun untuk berjaga-jaga, salah satu kegiatan kemahasiswaan yaitu rapat Bunkasai 2024 ditiadakan. Para panitia diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing dan rapat dilaksanakan secara online. Hal ini dilakukan sebagai wujud antisipasi dan mitigasi bencana.
erlepas dari perdebatan antara ujian atau nyawa, kejadian gempa bumi di Surabaya memberikan pengingat yang kuat bahwa keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama dalam setiap situasi, bahkan di tengah-tengah ujian akademis yang penting. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi bencana alam, kehidupan dan keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama. Meskipun ujian dan pendidikan adalah bagian penting dari kehidupan mahasiswa mahasiswi, mereka tidak boleh mengalahkan nilai sebuah nyawa. Peristiwa gempa kali ini diharapkan dapat membantu untuk menyusun strategi untuk menghadapi keadaan darurat seperti gempa bumi di masa depan.