Wanita Berperan di Era Milenial
Penulis: Ani W.
Fotografer: Ani W.
Tanggal 21 April merupakan hari di mana masyarakat Indonesia merayakan hari Kartini. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa R.A Kartini. salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi perayaan Hari Kartini adalah dengan berbagi ilmu mengenai bisnis melalui webinar yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri ISTTS. Webinar kali ini mengangkat tema “Wanita Berperan di Era Milenial” dan dibawakan oleh salah satu alumni Teknik Industri ISTTS yaitu Ibu Nike Lidiyastuti Aritovani, S.T. atau yang akrab dipanggil dengan sebutan Kak Nike. Beliau adalah salah satu pengusaha makanan berbahan dasar ikan yang cukup sukses di kota Ambon.
Kak Nike menceritakan bagaimana awal perjalanannya sebelum akhirnya memutuskan untuk berwirausaha. Dimulai dari karirnya sebagai Head Finance and Administration di PT. Tirta Kencanatatawarna selama kurang lebih 7 tahun hingga akhirnya memutuskan untuk resign dan mengikuti sang suami pindah ke Ambon. Kak Nike mengungkapkan bahwa salah satu posisi yang cukup sulit untuk dipilih pada saat itu adalah ketika seorang wanita yang harus memilih antara fokus untuk mengurus rumah tangga dan anak atau tetap melanjutkan karirnya. Wanita di era milenial perlu dituntut untuk lebih teredukasi (more highly educated), dan memiliki pendidikan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Selain itu beliau juga berkata bahwa wanita di era milenial saat ini dituntut untuk lebih percaya diri dan memiliki ambisi karena banyaknya tuntutan. Hal ini tidak lepas dari revolusi industri yang berkembang secara terus menerus dan sangat signifikan yang akhirnya membuat kita harus adaptif dengan perubahan tersebut.
Kak Nike kemudian menjelaskan bahwa pesatnya perkembangan teknologi yang ada, semakin tingginya persaingan pasar global dan ditambah dengan adanya pandemi, membuat kondisi dimana terjadinya VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). VUCA ini menjelaskan dimana kondisi usaha yang sedang bergejolak karena aktifitas yang mulai banyak dibatasi karena pandemi (Volatility), kemudian usaha menjadi tidak jelas, menjadi lebih rumit dari sebelumnya (Uncertainty dan Complexity), serta menjadi ambigu karena kebijakan-kebijakan baru yang membuat industri semakin tidak jelas dan membuat harga menjadi tidak kompetitif. Dari sini kita perlu paham mengenai situasi dan kondisi yang ada. Selain itu kita perlu merubah mindset kita dan memperkirakan solusi apa yang dapat dilakukan untuk kedepannya. Hal inilah yang membuat Kak Nike memutuskan untuk mencoba berwirausaha. “Lagi-lagi perempuan itu harus dihadapkan oleh sisi yang membuat kita harus memilih mau fokus ke keluarga atau fokus berkarir” ujarnya.
Beliau menjabarkan alasan memilih berwirausaha agar bisa menjalankan usaha sambil tetap mengurus rumah tangga. Sebelum memulai usahanya, Kak Nike terlebih dahulu melihat peluang apa yang ada di sekitarnya untuk melihat potensi bisnis kedepan. Karena di daerah Maluku banyak hasil laut seperti ikan, akhirnya dipilihlah ikan jenis cakalang sebagai bahan baku utama untuk dijadikan abon, dendeng dan sambal ikan. Produk tersebut dipilih karena melihat banyaknya warga lokal yang hanya mengolah ikan dengan diasap. Dari usaha kecil inilah yang akhirnya beliau berhasil mengembangkan bisnisnya dan dinamakan CV. Nacha yang didirikan di tahun 2012. Hingga saat ini, area marketing untuk produk dari ikan cakalang sudah meliputi Ambon, Makassar, Surabaya, Manado, Nabire dan Bogor. Kak Nike juga mengatakan bahwa produk yang dihasilkan dari bisnisnya ini memiliki beberapa keunggulan, beberapa di antaranya yaitu produk berbahan dasar 100% ikan cakalang, tanpa pengawet dan sudah bersertifikasi halal, HACCP dan SNI. Selain itu, CV. Nacha juga telah banyak mendapatkan penghargaan seperti Juara I Regional VI Gempita – Kementerian Kelautan dan Perikanan, Piagam Bintang Satu Keamanan Pangan Kota Ambon – BPOM Provinsi Maluku dan pemenang The Most Favorite Achiever Danamon Entrepreneur. Sampai saat ini produk ikan cakalang milik kak Nike sudah memiliki sekitar 56 toko yang ikut bekerjasama dalam penjualan industrinya. Di tahun 2018 omzet sempat menurun drastis karena adanya kebijakan mengenai barang bawaan kargo yang sangat berimbas pada penjualan oleh-oleh produk ikan cakalang. Hal ini membuat beliau akhirnya harus memutar otak untuk membuka peluang usaha baru dengan memproduksi bakso tusuk dengan brand Mantul. Produksi bakso tusuk ini dipilih karena melihat peluang pasar yang cukup banyak diminati. Oleh karena itu beliau menerapkan 3 prinsip selama trial produk. Prinsip-prinsip tersebut yaitu speed (kecepatan), opportunity (kesempatan), dan consistency (konsistensi). Sampai saat ini, produk bakso tusuknya sudah memiliki 41 booth di berbagai kota di Maluku.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab mengenai desain produk dan diakhiri dengan berfoto bersama dan mengisi absensi serta kuesioner yang diberikan oleh panitia.